Apa Manfaat Belajar Silat? | | | |
Written by Monu Katili | |
Monday, 27 October 2008 | |
Judul di atas pernah menjadi pertanyaan yang dilontarkan seorang remaja putri kepada seorang tokoh silat nasional kita. Saya merasa tertarik untuk menjawab pertanyaan tersebut, akan tetapi baru sekarang berhasil menyusunnya dalam bentuk artikel.
Demikian pula dalam penggunaan dan penerapannya, beladiri tidak selalu digunakan untuk menjaga diri dalam suatu perkelahian, karena di jaman sekarang tidak semua orang suka berkelahi. Akan tetapi beladiri silat berguna pula untuk hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari di rumah. Contohnya : Apabila kamu menguasai silat, kamu tidak akan terjatuh dengan parah bila terpeleset. Mungkin saja kamu terjatuh, akan tetapi karena refleks hasil latihan sehari-hari, kamu mampu menolong dirimu sendiri pada saat yang tepat. Berikut ini kita coba untuk menganalisa segala manfaat belajar beladiri silat.
Telah kita ketahui bersama olahraga adalah salah satu cara terbaik untuk memelihara kesehatan jasmani. Silat sebagai salah satu alat berolahraga pun memiliki cara-cara khusus dalam membina kesehatan jasmani. Dengan melakukan teknik tertentu, selain gerakan pemanasan pada umumnya yang ada pada tiap cabang olahraga, silat melatih otot-otot. Demikian pula dengan cara tertentu, silat melatihmu menjadi lebih peka pendengaran dan lebih awas penglihatan, bila dibanding dengan cabang olah raga lain. Selanjutnya, dengan gerakan dan teknik-teknik tertentu pula kamu bisa melatih otot-otot leher serta persendiran tubuh.
Untuk menguatkan alat-alat dalam tubuh kita, termasuk bagaimana cara menambah kesehatan jantung dan paru-paru, kamu akan dilatih pernapasan. Jadi, khusus bagi alat-alat tubuh kita bagian dalam, bukan hanya gerakan tubuh yang menguatkannya, melainkan (dan terutama sekali) latihan bernapas khusus yang baik. Tentu saja hal ini dilatih secara bertahap, tetapi semakin meningkat. Dalam silat ada tahap-tahap tertentu, di mana diajarkan hal-hal yang berhubungan dengan pernapasan tersebut.
Pengertian tentang latihan-latihan yang dapat menguatkan otot-otot, janganlah diarti kan sebagai latihan untuk membesarkan otot. Otot yang kuat tidaklah berarti sama dengan otot yang besar, atau sebaliknya, otot yang besar belum bisa diartikan otot yang mengandung tenaga besar dan kuat. Teknik-teknik tertentu di dalam beladiri silat yang melatih kecepatan dan kelincahan tubuh, jarang sekali membuat otot seseorang menjadi bertonjolan. Bahkan, makin sempurna dan tinggi teknik silat seseorang (termasuk ilmu pernapasan nya), makin sulit orang awam menebaknya sebagai seorang yang ber “isi”. Selain itu, makin sulit pula orang mengira kita menguasai beladiri. Mengapa demikian?! Justru karena otot-otot kita yang tidak tampak menonjol !
Oleh sebab itu, diharapkan kalian terutama remaja putri tidak apriori, bahwa kalau kita belajar silat kelak jadi “kayak cowok”. Contoh remaja putri yang menguasai beladiri silat tapi tak tampak dari luar itu, ialah Anne Rufaidah, gadis Bandung yang pernah menyandang gelar Puteri Remaja Indonesia 1980. Ia salah seorang gadis remaja (waktu itu) yang diam-diam memiliki “kekuatan terpendam”. Dan banyak lagi remaja putri seperti Anne yang tidak berotot layaknya binaragawan. Ia justru nampak halus dan luwes sebagai gadis remaja biasa.
“Akh, buat apa capek-capek!” mungkin demikian pula komentar kalianm, akan tetapi soal capek kiranya apa saja yang menjadi pekerjaan kita yang dilakukan dengan sungguh-sungguh akan menyebabkan kita capek secara fisik, namun tidak secara psikhis. Mengingat tujuannya yang baik, apalagi bila dilakukan dengan gembira, soal capek dapat diatasi dan boleh diabaikan.
Hal ini dapat dilihat para rangkaian gerak yang disebut dengan JURUS dalam Pencak Silat dan Karate (Kata). Jadi, bukan saja keluwesan geraknya yang dianggap “nyeni”, melainkan juga saat pesilat mengerahkan tenaganya, saat ia menampilkan kelincahan dan kegesitannya. Bagaimana ia menyesuaikan irama gerakan-gerakannya, seperti : bagaimana ia memperlambat gerakan-gerakannya pada saat ia melakukan “sikap-sikap” tertentu, bagaimana ia mempercepat gerakan-gerakannya waktu ia menyerang dengan tangan dan kakinya, serta bagaimana pula ia memperagakan gerakan- gerakan menghindar dengan lincah dan ringan.
Dalam Pencak Silat, baik yang berasal dari Jawa Barat (Ibingan), Jawa Tengah maupun dari Tanah Minang, tampak adanya penggabungan seni tari daerah masing-masing dengan tipu-tipu Pencak Silat, sehingga kita lihat “Kembangan” atau “Ibingan” tadi agak mirip dengan tarian-tarian daerah tersebut di atas (Ingat Jaipongan!). Konon, penyamaran beladiri silat ke dalam seni tari daerah, merupakan suatu upaya para Pendekar di jaman penjajahan untuk melestarikan beladiri silat yang diwarisi dari para guru dan leluhurnya.
Manakah yang disebut “Jurus” atau “Kembangan” itu? Kedua istilah itu merupakan rangkaian gerakan-gerakan beladiri yang disusun sesuai dengan aturan dari aliran atau perguruan silat yang menyusunnya. Di dalamnya tercakup gerakan-gerakan menyerang, menghindar maupun bersikap sesuai dengan ajaran-ajaran perguruan silat masing-masing.
Seorang pesilat diajar dan dilatih menggunakan senjata. Ia harus mengerti sifat-sifat senjata yang paling sederhana, seperti : Pisau, Pedang, Golok dan Toya (istilah silat untuk tongkat panjang yang disesuaikan dengan tinggi pesilat). Kemudian ia pun diberi pengetahuan tentang senjata-senjata lain. Dari sinilah seorang pesilat mengembangkan pengetahuannya tentang senjata. Mana yang sesuai buat dirinya, serta benda-benda apa saja yang dapat digunakan sebagai senjata saat ia terdesak. Contoh benda-benda yang dapat digunakan sebagai senjata, adalah tas, pasir, penggaris, pensil, sapu tangan, ikat pinggang, bahkan baju atau jacket pun atau buku dapat dipergunakan sebagai senjata “rahasia”.
Pesilat yang baik, harus sanggup mengalah kepada lawannya yang nyata-nyata jauh lebih unggul baik teknik dan prestasinya. Ia pantang melayani nafsunya untuk menang dengan berlaku curang! Ia harus berani mengakui kelebihan lawan dan melihat kekurangan dirinya.
Seorang ahli beladiri yang baik memiliki perasaan yang halus dan rasa perikemanusiaan tinggi. Ia tidak enggan untuk memaafkan seseorang yang telah mengakui dan menyadari kesalahannya.
Ada beberapa persamaan antara belajar ilmu gaya dan belajar silat. Dalam silat kita memiliki rumus-rumus tertentu untuk menghindar, menyerang atau membalas suatu serangan, sehingga gerakan kita menjadi efektif dan efisien. Ada momen-momen dalam ilmu gaya yang dapat diterapkan dalam ilmu silat. Misalnya, bagaimana kita dapat menghindari serangan berupa pukulan dan tendangan yang lintasannya seperti lingkaran, sehingga kita berada di luar garis singgung lingkaran tersebut. Atau bagaimana kita menghindari serangan yang lintasannya lurus, yakni dengan bergerak sedikit ke samping dengan cara apa pun, sehingga serangan itu berlalu tanpa kita mengeluarkan tenaga banyak (hukum ekonomi).
Pengertian-pengertian ilmiah semacam inilah yang membuat ilmu beladiri silat menjadi menarik untuk dipelajari dan diselami, sebab Ilmu Silat sekaligus mengasah kecerdasan kita. |
0 komentar:
Posting Komentar