THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Senin, 08 Juni 2009

DILEMA MINYAK DI ACEH


Pada senin 2 - 3 Maret 2009 dilaksanakan sebuah konferensi dan pameran Petroleum Geology di Kuala Lumpur Convention Centre. Ada yang menarik manakala melihat sebuah poster peta ujung pulau Sumatera (tepatnya pantai utara Aceh) dengan garis-garis hitam dan merah. Garis ini adalah akuisisi seismik 2D sepanjang 350 KM. Area (block) yang di survey bertuliskan Indonesia-North Sumatera, padahal jelas-jelas daerah ini adalah pantai utara Aceh, tegak lurus dengan tulisan Lhokseumawe. Disebelah poster itu ada dua poster lainnya yang menggambarkan hasil proses dari akuisi seismic image (the image is a Pre-Stack Time Migation, profile seismic yang hampir sesuai dengan struktur bawah permukaan bumi tapi masih dalam time domain) dari dua seismic 2D line yang ada. Survey seismik 2D ini di lakukan oleh sebuah konsultan perminyakan yang bergerak di bidang Seismik Akuisi dan Proses pada tahun 2006, di bawah koordinasi BP-MIGAS.

Seismik, image bawah permukaan bumi
Dalam dunia geoscience perminyakan, untuk merepresentasikan gambaran tentang profil model geologi bawah bumi biasanya menggunakan seismic image. Untuk mendapatkan profil model yang bagus tentulah harus dimulai dengan akusisi yang tepat, sehingga image yang di hasilkan nanti bisa sesuai dengan ekspektasi struktur bawah permukaan bumi. Parameter akusisi meliputi kekuatan energi (frekwensi gelombang) yang akan di jalarkan ke bawah permukaan bumi, receiver (penangkap gelombang dari refleksi struktur bawah permukaan) dan geometri pengaturan letak antara shot point (titik pelepasan gelombang) dan receiver.

Kelemahan seismik adalah memberikan image structure bawah permukaan bumi dalam time domain. Dengan kemajuan sains dan technologi (khususnya algoritma matematik) pada masa sekarang, seismic image bawah permukaan bisa di tampilkan dalam depth (kedalaman) domain dengan pemilihan velocity (kecepatan rambat gelombang di tiap-tiap lapisan bawah permukaan bumi berbeda beda) yang tepat. Sehingga lokasi dari lapisan yang berisikan hidrokarbon (minyak dan gas) bisa terproyeksikan dengan tepat.

Seismik 2D biasanya dilakukan untuk daerah (skala basin, ratusan sampai ribuan kilometer) yang baru dan sama sekali belum di lakukan eksploitasi. Sementara seismik 3D dilakukan untuk skala reservoir (satu-puluhan kilometer), yaitu untuk mendapatkan gambaran tentang hidrokarbon didalam reservoir dan karakteristik dari reservoir (batuan dimana hidrokarbon menetap dimana yang paling populer adalah carbonate atau batu gamping dan sandstone atau batupasir).

Sedikit gambaran dari seismik 2D pantai utara Aceh
Dari seismic 2D image tersebut saya meminta Professor Harry Doust (Visiting Professor di University Malaya) untuk mengiterpretasikan beberapa traps (stratigraphy traps maupun structural traps) yang ada di blok tersebut. Seorang geologis yang bekerja di konsultan tersebut juga menyebutkan bahwa ekspektasi di area tersebut adalah minyak dan reservoirnya adalah sandstone, atau mungkin juga material lain karena saya melihat ada sebuah image kubah yang saya interpretasikan sebagai carbonate build-up dan gas-seep (gas yang berimigrasi dari source rock ataupun reservoir leaking ke permukaan bumi) di seismik tersebut.

Tentu akurasi kebenaran informasi ini sangat kecil, karena memerlukan studi yang lebih dalam untuk mengeksplorasi lebih lanjut. Dimana pada akhirnya kita sampai pada satu kejelasan bahwa ada atau tidaknya hidrokarbon di area ini perlu lebh lanjut untuk di teliti. Sebab menurut penjelasan dari salah seorang geologis di perusahaan tersebut, block ini belum di tenderkan.

Apa yang harus di lakukan Pemerintah Aceh
Ada
dua hal yang bisa dijalankan jika block ini belum di tenderkan: Pertama, jika memang pemerintah Aceh mempunyai kuasa untuk menentukan operator yang akan melakukan eksplorasi dan produksi di blok tersebut, maka hendaklah memilih perusahaan minyak yang mempunyai track record bagus dalam hal pengembangan masyarakat dan lingkungan. Jangan hanya memenangkan operator berdasarkan nama besar dan jumlah bonus yang diberikan ataupun share yang di janjikan, tapi belakangan hanya fokus pada keuntungan semata dan tidak mengindahkan aspek lingkungan. Dimana perusahaan itu juga diharapkan bisa menyediakan beasiswa bagi aneuk nanggroe serta memperkerjakan orang pribumi.

Kedua, kuasa untuk menentukan operator tetap masih di BP-MIGAS. Pemerintah Aceh bisa mendelegasikan ahli perminyakan yang independen dan tidak terikat dengan instansi pemerintah apapun (Geolog Perminyakan/Ekonom Perminyakan) untuk mengawasi jalannya tender dan berkoordinasi dengan BP-MIGAS untuk meminta komitmen dari pemenang tender.

Berita gembira bagi rakyat Aceh atau sebaliknya
Terlepas dari apapun kandungan yang terdapat di blok baru tersebut dan berapapun volume nya, tentu harus dinikmati khususnya oleh masyarakat Aceh. Transparansi hasil minyak dan gas bumi di Aceh haruslah diketahui masyarakat. Aktivitas eksplorasi dan produksi minyak dan gas yang berlangsung saat ini semestinya terdata dengan detil agar masyarakat bisa mengaksesnya. Sudah cukup kisah Arun dimasa lalu menjadi sebuah sejarah pahit []
Muchlis | Mahasiswa S2 Petroleum geosciences di UTP-IFP School, Malaysia.

Hak Cipta Terlindungi © Copyrights by The Aceh Institute | Dilarang keras mengutip, mengacu, mendownload, menggunakan, dan menyebarluaskan isi website ini tanpa seizin penulis asli dan "Aceh Institute" sebagai sumber.

0 komentar: