THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Kamis, 21 Mei 2009

MEMBANGUN ACEH DENGAN MIGAS

Ketika pramugari pesawat Emirates yang kami tumpangi mengumumkan bahwa pesawat akan segera mendarat di Dubai International Airport, saya dan tiga orang rekan dari Aceh langsung menjenguk keluar melalui jendela pesawat bagaimana rupa dan keadaan Dubai dari udara. Maklum, bagi kami kepergian ke Dubai adalah pengalaman pertama. Seorang rekan yang duduk paling dekat dengan jendela pesawat dengan terkejutnya langsung mengatakan “Dubai sedang banjir!” Maka saya pun langsung memperhatikan. Sekilas memang seperti banjir, sepanjang mata memandang bumi Emiriyyah ini diseliputi lapisan berwarna kekuningan seperti warna air bah yang turun dari bukit gundul bercampur dengan tanah liat. Sesaat kemudian kami tersadar, ahh itu hanya panorama padang pasir yang luas terhampar!

Menjejakkan kaki pertama untuk proses immigration check-in di UAE melalui Dubai International Airport sungguh menantang mata dan pikiran kami. Betulkah ini Uni Emirat Arab, negara padang pasir yang ganas dan panas. Betulkah ini kota Dubai, kota nelayan di pesisir ujung teluk Parsi. Sungguh kami tidak menyangka, kebesaran, kelengkapan dan kemegahan airport Dubai bila dibandingkan dengan airport-airport di Indonesia tidak ada tandingan. Kesibukan di dalam terminal bandara ibarat kita berada di dalam sebuah mega mall yang super sibuk.

 Dubai International Airport, serasa masuk ke Mall saja. [Foto: Wikimedia]

Walaupun hanya seminggu di Uni Emirat Arab untuk studi, saya dan tiga orang rekan dari Aceh telah dapat merasakan betapa metropolitannya kota-kota di UAE. Tentunya, masyarakatnya pun hidup makmur bergelimang harta dan kemewahan. Saya teringat, ketika tinggal di Kuala Lumpur, saya menyewa sebuah flat sederhana di kawasan Taman Melati, 5 kilometer dari kampus IIUM. Pemilik flat ini adalah seorang wanita perawat (nurse) yang lebih memilih bekerja di Abu Dhabi (ibukota negara UAE) ketimbang di Malaysia. Saya dapat info bahwa gaji bersih beliau sebagai perawat di salah satu rumah sakit di Abu Dhabi adalah sekitar 10.000 dirham atau setara dengan 29 juta rupiah perbulan. Bila dibandingkan dengan Malaysia, mungkin 5 kali lebih besar. Belum lagi fasilitas lain yang diterima sepanjang tahun seperti tunjangan rumah, kesehatan, liburan dan cuti, dan sebagainya. Makanya, tidak heran, di kota Dubai sendiri jumlah imigran asal India yang telah menjadi penduduk Dubai melebihi satu juta orang atau sekitar 30 persen populasi penduduk Dubai.

0 komentar: